Posts

KERINGAT NIKMAT

-Alfiansyah- Dari air yang membanjiri dadaku Terasa lengket butirnya berkilau disinari lampu kamar yang menyilau. kemudian tetes gelisah itu membandang  membuat sekujur tubuhku mejadi gatal perlahan kutelusuri tubuh lemas ini dengan jari-jariku yang nakal sedikit mendesah "Ahh" Nikmat. Palembang, 2018

DI SUDUT ROHINGYA

- Alfiansyah- Tuanku, puisi ini kusampaikan padamu dalam doa k arena kusaksikan bangkai wajah menghiasi kota itu k arena kudengarkan teriakan malam menghempaskan segala kesedihan. Bintang-bintang nyala d an bara api menyeret jiwa tak berdaya menenggelamkan kearifan dan timbulkan segala keangkuhan. Wanita itu tak bersalah. Tuan. Berhentilah kau menyentuhkan bibirnya  pada batu dan kerikil. Dia hanya menunggu anaknya merayap melewati lembah dan api peperangan. Berhentilah menjatuhkan bau mesiu dan peluru. Di sana raga-raga kecil kehilangan induknya mencari bapak, dedak, dan rumput-rumput liar Berhentilah menjerit-jerit dengan penuh kepongahan membasmi kota yang katanya konflik ekonomi dan agama Tengoklah. Kini darah mengecat lautan dan sungai batas di India. Binatang jalang perlahan merangkak bersama tuannya lalu, kaki -kainya terluka m elompat di aspal yang tajam -- t inggalkan sejarah merah, kibarkan bendera air mata. Bangun dan ban

SAHABAT MENUNGGU MALAM

-Alfiansyah- Hujan kabarkan aku pada malam. Aku menunggunya dalam kesunyian. Menegapkan dada dalam udara dan mengosongkan mata. (dalam lamunan sendu) aku menggesekkan senar biola pada gerimismu memerdukan suaraku walau sedikit kaku. Aku menanti malam sepi dalam sunyi. Palembang, 15 Juli 2017