- Alfiansyah- Tuanku, puisi ini kusampaikan padamu dalam doa k arena kusaksikan bangkai wajah menghiasi kota itu k arena kudengarkan teriakan malam menghempaskan segala kesedihan. Bintang-bintang nyala d an bara api menyeret jiwa tak berdaya menenggelamkan kearifan dan timbulkan segala keangkuhan. Wanita itu tak bersalah. Tuan. Berhentilah kau menyentuhkan bibirnya pada batu dan kerikil. Dia hanya menunggu anaknya merayap melewati lembah dan api peperangan. Berhentilah menjatuhkan bau mesiu dan peluru. Di sana raga-raga kecil kehilangan induknya mencari bapak, dedak, dan rumput-rumput liar Berhentilah menjerit-jerit dengan penuh kepongahan membasmi kota yang katanya konflik ekonomi dan agama Tengoklah. Kini darah mengecat lautan dan sungai batas di India. Binatang jalang perlahan merangkak bersama tuannya lalu, kaki -kainya terluka m elompat di aspal yang tajam -- t inggalkan sejarah merah, kibarkan bendera air mata. Bangun dan ban